Pada saat em-el dengan istrinya dan hampir saja mencapai orgasme, Pak Klepon dapat serangan jantung. Nyawanya tak tertolong lagi, bahkan sebelum tiba di rumah sakit ia telah menghembuskan napas penghabisan.
Keesokan harinya, istrinya ditelepon oleh petugas pemakaman. Orang itu mengabarkan bahwa alat vital Pak Klepon tidak kunjung layu alias berdiri terus! Dia minta saran sang istri, apa yang sebaiknya dilakukan karena hal ini akan terlihat jelas dan bisa menghebohkan bila tamu-tamu sudah datang melayat.
Keesokan harinya, istrinya ditelepon oleh petugas pemakaman. Orang itu mengabarkan bahwa alat vital Pak Klepon tidak kunjung layu alias berdiri terus! Dia minta saran sang istri, apa yang sebaiknya dilakukan karena hal ini akan terlihat jelas dan bisa menghebohkan bila tamu-tamu sudah datang melayat.
"Potong saja dan masukkan ke anusnya!," kata sang istri. Petugas pemakaman setuju, karena memang inilah cara yang paling baik.
Saat upacara pelepasan jenazah, para kerabat dan sahabat almarhum mengatakan kalau mereka melihat ada air mata menitik dari kedua sudut mata Pak Klepon.
"Akh, nggak apa-apa," kata istrinya meyakinkan para pelayat. "Menurut petugas pemakaman hal ini wajar-wajar saja," lanjutnya, sekaligus untuk menutupi masalah yang terjadi.
Begitulah, upacara berlangsung mulus sampai tiba saatnya peti jenazah hendak ditutup.
Ketika semua pelayat sudah keluar, Nyonya Klepon melangkah ke dekat peti jenazah, lalu berbisik ke kuping suaminya, "Gimana rasanya... Sakit khan..??"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar