Pak Dul anaknya sudah lima, tapi nafsunya masih kenceng. Malam itu kembali ia siap tempur, tapi istrinya memintanya untuk beli kondom dulu agar tidak terjadi kehamilan. Jadi pergilah Pak Dul ke warung untuk membeli kondom.
Pak Dul: "Beli kondomnya."
Penjual: "Berapa?"
Pak Dul: "Satu saja."
Penjual: "Mau yang bagus atau yang biasa?"
Pak Dul: "Beli kondomnya."
Penjual: "Berapa?"
Pak Dul: "Satu saja."
Penjual: "Mau yang bagus atau yang biasa?"
Pak Dul: "Yang bagus berapa?"
Penjual: "Rp500, warnanya bening."
Pak Dul: "Kalau yang biasa?"
Penjual: "Rp400, tapi warnanya hijau."
Pak Dul: "Tapi uang saya cuma Rp300."
Penjual: "Ada sih yang Rp300, tapi warnanya hitam."
Pak Dul: "Nggak apa-apa deh."
Sesampainya di rumah, segeralah Pak Dul 'menggarap' istrinya. Sayangnya, karena kondomnya murahan, jadinya tidak efektif mencegah kehamilan. Beberapa tahun kemudian:
Anak: "Pak, kenapa sih kok cuma aku saja yang hitam, kakak-kakak yang lain kok nggak?"
Pak Dul: "Sudahlah, syukuri saja. (bergumam) Coba waktu itu aku tambah cepek (Rp100), ijo deh kamu...!"
Penjual: "Rp500, warnanya bening."
Pak Dul: "Kalau yang biasa?"
Penjual: "Rp400, tapi warnanya hijau."
Pak Dul: "Tapi uang saya cuma Rp300."
Penjual: "Ada sih yang Rp300, tapi warnanya hitam."
Pak Dul: "Nggak apa-apa deh."
Sesampainya di rumah, segeralah Pak Dul 'menggarap' istrinya. Sayangnya, karena kondomnya murahan, jadinya tidak efektif mencegah kehamilan. Beberapa tahun kemudian:
Anak: "Pak, kenapa sih kok cuma aku saja yang hitam, kakak-kakak yang lain kok nggak?"
Pak Dul: "Sudahlah, syukuri saja. (bergumam) Coba waktu itu aku tambah cepek (Rp100), ijo deh kamu...!"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar