Seorang lelaki muda masuk ke sebuah bar seraya mengepit seekor kodok. Dia mengambil tempat di samping seorang gadis yang sedang duduk menyendiri.
"Kodok ini sangat istimewa," katanya pada gadis itu, memulai pembicaraannya, "Namanya Charlie."
"Apa keistimewaannya?" tanya gadis itu acuh tak acuh.
Mula-mula si lelaki kelihatan enggan memberitahukan keistimewaan kodoknya. Karena itu giliran si gadis yang menjadi penasaran dan mendesak diberi tahu. Akhirnya, setelah beberapa saat, si lelaki menyerah juga.
"Kodok ini sanggup memuaskan wanita," katanya setengah berbisik.
"Kodok ini sangat istimewa," katanya pada gadis itu, memulai pembicaraannya, "Namanya Charlie."
"Apa keistimewaannya?" tanya gadis itu acuh tak acuh.
Mula-mula si lelaki kelihatan enggan memberitahukan keistimewaan kodoknya. Karena itu giliran si gadis yang menjadi penasaran dan mendesak diberi tahu. Akhirnya, setelah beberapa saat, si lelaki menyerah juga.
"Kodok ini sanggup memuaskan wanita," katanya setengah berbisik.
Dengan serta merta si gadis langsung menempeleng, menendang, dan menuduh lelaki itu sebagai suatu sumber kebohongan yang keji.
Tetapi si lelaki bersikeras menjamin bahwa ia tidak berbohong. Apa yang dikatakannya itu adalah benar.
Setelah bercerita panjang-lebar dan ke sana ke mari, akhirnya si gadis setuju untuk mengikuti si lelaki ke rumahnya, melihat kebolehan kodoknya itu.
DI sana si gadis langsung mengambil posisi berbaring, dan si lelaki meletakkan kodoknya di sisi tubuh di gadis.
"Okay, Charlie, lakukanlah!"
Tapi si kodok sedikit pun tidak bergerak.
"Okay, Charlie, lakukanlah!"
Si kodok masih juga belum bergerak, dan si gadis kembali mencaci-makinya.
"Okay, Charlie," kata si lelaki sambil meringis dan menyisihkan kodoknya, "Untuk yang terakhir kalinya, terpaksa aku harus memberi contoh lagi ..."
Tetapi si lelaki bersikeras menjamin bahwa ia tidak berbohong. Apa yang dikatakannya itu adalah benar.
Setelah bercerita panjang-lebar dan ke sana ke mari, akhirnya si gadis setuju untuk mengikuti si lelaki ke rumahnya, melihat kebolehan kodoknya itu.
DI sana si gadis langsung mengambil posisi berbaring, dan si lelaki meletakkan kodoknya di sisi tubuh di gadis.
"Okay, Charlie, lakukanlah!"
Tapi si kodok sedikit pun tidak bergerak.
"Okay, Charlie, lakukanlah!"
Si kodok masih juga belum bergerak, dan si gadis kembali mencaci-makinya.
"Okay, Charlie," kata si lelaki sambil meringis dan menyisihkan kodoknya, "Untuk yang terakhir kalinya, terpaksa aku harus memberi contoh lagi ..."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar